Pages

Rabu, 29 Februari 2012

Episode Penantian: Kehamilan (Seri 2)

Karena kesibukan awal semester, deadline syarat-syarat kenaikan tingkat juga tugas ini itu. Di tambah harus bedrest juga kondisi tubuh yang jadi gampang sekali lelah mengakibatkan tiada waktu untuk menulis blog, melanjutkan sepenggal episode yang ditulis bulan-bulan lalu. Alhamdulillah selagi ada mood, kesibukan tak sedang banyak, juga kondisi tubuh yang membaik. Inilah seri ke 2, lanjutan tulisan sebelumnya.

**************************


Hasil Tes Pack 3 kali di rumah, dengan 2 kali test pack harga Rp 3000 dan sekali test pack Rp 12.000 sebenarnya sudah membuat kami yakin. Namun itu tak mengurungkan niat saya dan suami untuk langsung chek ke dokter kandungan. Justru menyegerakan untuk mengetahui kondisi sebenarnya. Untuk chek perdana ini saya memilih langsung ke dokter kandungan bukan ke bidan. Dengan pertimbangan jika datang ke bidan mungkin akan digunakan teknik rabaan dengan jari di perut bagian bawah untuk mendeteksi keberadaan kantong hamil, kelemahannya kadang dengan teknik ini tidak teraba. Kalau ke dokter tentu saja dideteksi dengan USG, yang akan menampakkan kondisi rahim dan jika hamil akan terlihat bayangan kantong hamilnya.


Banyak dokter kandungan di wilayah Madiun-Magetan, namun disini demi kenyamanan saya memilih dokter yang perempuan. dr. Santi Mintarsih, Sp.Og. yang dinas di RSI Siti Aisyah Madiun dan praktek pribadi di Apotek KF jl. Jawa, Madiun. Dengan pertimbangan mungkin bisa memakai askes, keluangan waktu saya dan suami akhirnya saya memilih periksa di RSI. Ehm . . . ternyata fasilitas askes disini hanya untuk rawat inap.


Pada hari yang ditentukan, bersama suami saya ke RSI. Mengikuti prosedur pendaftaran, akhirnya duduk juga saya di bangku antrian di depan ruang praktek dr. Santi. Menunggu dengan perasaan gamang, khawatir jika test pack saya yang 3 kali itu salah. Kondisi ini membuat badan saya jadi tak nyaman, jadi lapar dan mual. Alhamdulillah tadi sebelum berangkat sempat memasukkan buah yang sudah saya potong-potong ke dalam tas. Beberapa kali suami mengingatkan saya untuk tenang dan menyarankan untuk membaca buku atau browsing via HP.



Tak lama waktu berselang, nama saya dipanggil. Memasuki ruangan didampingi suami, jadi adem di dalam. Ada 2 perawat di dalam dan tentu saja dr. Santi. Dipersilahkan duduk, saya menceritakan maksud kedatangan saya. dr. Santi menanyakan riwayat kesehatan, lama menikah, HPHT dsb. Saya bercerita sementara dokter mencatatnya di buku medik saya. Lalu saya dipersilahkan untuk menimbang berat badan. Berbaring, seorang perawat memasang tensimeter di lengan saya. Setelah selesai dr. Santi mulai melakukan tindakan USG, jujur saya tegang. Mata saya tak berkedip melihat layar datar 29 in yang menempel di dinding tepat di depan saya. Dari tempat duduknya, suami saya juga bisa mengamatinya. Tampak gambar rahim, tentu saja rahim saya^^. Ini bukan pertama kalinya saya menjalani USG, sebelumnya pernah 3 kali guna memastikan kesehatan rahim. Jadi saya maupun suami tak asing dengan gambar di layar. Namun tunggu dulu, ini ada yang asing. Ada bayangan abu kehitaman yang tak besar di rahim saya, agak ke pinggir. Saat saya memperhatikannya, dr. Santi berkata, "hamil bu, ini tampak kantong hamilnya" sambil menggerak-gerakkan kursor di sekitar bayangan abu kehitaman tadi. Alhamdulillah, saya berseru lirih, dr. Santi dan perawat di samping saya tersenyum.


Usai USG, hasilnya di print saya dan suami bisa mengamati lebih lama disitu tertulis 7w1d artinya usianya 7minggu 1 hari. dr. Santi menyarankan ini itu, antara lain untuk memperhatikan makan dan memberikan resep folavit. Folavit merupakan suplemen untuk memenuhi kebutuhan asam folat ibu hamil guna menunjang pertumbuhan otak dan tubuh janin, mencegah neural tube defect.



Alhamdulillah dengan hati ringan kami berdua beranjak pulang, genggaman tangan suami membuat saya tenang dan optimis menjalani masa-masa ke depan. Hati saya senang dan tenang. Berkali saya bertahmid, bertasbih, dan bertakbir. Terima kasih yaaa Rabb. Maka Nikmat Rabb kamu yang manakah yang akan kau dustakan lagi?

Jumat, 03 Februari 2012

Episode Penantian: Kehamilan (Seri 1)

Pagi sebelum subuh, saat saya lihat di layar HP menunjukkan tanggal 26 Januari 2012, tepat 1 bulan setelah milad pernikahan saya yang ke 3. Saya berjingkat ke kamar mandi. Pagi ini saya akan melakukan satu test yang sudah sangat lama tidak saya lakukan. Sekitar 5 menit kemudian, sembari menahan napas, kernyitan dahi juga pupil mata yang mengecil, saya menunggu. 1 detik, 2 detik, 3 detik, mata saya melebar. Tangan saya jadi gemetar. Saya dekatkan lagi alat test tersebut ke mata saya. Allahu Akbar, saya bertakbir dan terus bertahmid dalam bisikan hati.


Apakah mata saya tidak salah?? Ada 2 strip merah yang tampak jelas di alat Test kehamilan tersebut. Artinya positif. Masih dengan tangan gemetar saya berberes, kemudian berwudhlu. Masih ada waktu untuk shalat lail, saya bersujud, saya bersyukur. Terima kasih yaa Rabb.



Saat adzan Subuh, saya mengSMS suami saya. Ingin mengabarkan, meskipun saya sendiri belum yakin 100%. Entahlah pagi itu hati saya bergemuruh, antara senang kesyukuran, juga menahan kekhawatiran kekecewaan jika alat tadi salah. Toh, alat tadi bukan alat dengan kualitas number one. Hanya Rp 3000 harganya, padahal yang kualitas baik berharga sekitar Rp 20.000.


Siangnya saya mengSMS teman saya yang berprofesi sebagai bidan. Jawabannya sangat menyejukkan “InsyaAllah akurat 99,99% mbak, apalagi sebelumnya sudah ada tanda-tandanya. Barakallah ya mbak”. Namun, esoknya saya tes lagi, sebelum saya mengabarkan hasilnya, suami saya sudah SMS menanyakan hasilnya (penasaran ^^), Alhamdulillah hasilnya masih sama. Insya Allah tinggal menunggu vonis dokter saja.


Yaa episode ini, memang episode penantian selama 3 tahun. Tentunya 3 tahun bukanlah waktu yang singkat dalam sebuah pernikahan. Bukanlah waktu yang cepat menunggu berita gembira kehamilan. Apalagi rentang jarak, membuat saya dan suami harus mengahadapinya dalam kondisi yang berbeda. Dalam masa sepanjang itu, cukup banyaklah tempaan kesabaran yang menguras emosi. Bahkan stress, dan malas bertemu dengan orang-orang tertentu.


Yaa . . . Subghanallah, ternyata Allah SWT mengabulkan doa-doa kami berdua, saat kami benar-benar merasa pasrah dan tawakal padanya. Saat kami merasa pertanyaan banyak orang bukanlah lagi seperti “terror”, hanyalah bentuk perhatian. Saat kami merasa enjoy dengan “penantian”. Sehingga, saat Test Pack itu menunjukkan hasil tak seperti biasanya kami benar-benar merasa surprise, kejutan yang sangat indah dari Allah Rabb Semesta Alam, Sang Maha Segalanya. Alhamdulillahirrobbil’alamin.


Love u Mom . . .

Ibu Elys Sulistyowati, BA.
Madiun, 22 Desember 1954 - Magetan, 28 Januari 2012

Semua ujian ini adalah tempaan kesabaran. Dan engkau sangat memahaminya, Mom . . .

Karena beliau sangat sabar menerima ujian sakit, dan ini menginspirasi saya sekeluarga pun berusaha keras untuk sabar.

Dan kesabaran panjangnya, insya Allah akan melapangkan jalan beliau, menjadi kifarat atas dosa-dosa.

Selama hidup, dalam diam dan keterbatasan beliau, senantiasa ada doa utk anak-anaknya.

Love u Mom :)