Pages

Jumat, 28 September 2012

Hari-Hari, Jam-jam, Detik Demi Detik Pengalaman Saya Melahirkan Hanan (Part 1)

Saat saya dinyatakan hamil, saat itu juga saya bertekad bulat untuk bisa melahirkan normal. Naluri saya sebagai seorang perempuan menggugah segenap diri saya untuk mempersiapkan fisik, jiwa, batin, segenap pengetahuan, tips juga trik untuk menghadapinya. Hingga diambang waktu HPL persalinan saya benar-benar siap merasakannya. Namun saya, anda, dan kita semua hanyalah manusia yang bisa berencana. Untuk hak penentuannya hanyalah milik Allah, Rabb Semesta Alam.

Hari Perkiraan Lahir (HPL) dedek adalah tanggal 16 September 2012 atau berdasarkan hitung-hitungan pakai rumus dari HPHT (Hari pertama haid terakhir) HPLnya adalah tanggal 18 September 2012.

#Jumat, 14 September 2012 Drama kelahiran Dek Hanan dimulai dari sini.
Saya mulai merasakan perut saya sering kencang. Walaupun masih per satu jam dan tidak kuat, saya yakin ini adalah signal dari dek Hanan bahwa 1-2 hari lagi dia akan lahir. Namun saya belum mengSMS suami, karena kontraksi yang saya rasakan masih kacau dan susah dihitung. Barangkali hanya kontraksi palsu. Ternyata sebelum saya SMS suami, suami SMS duluan. Menyatakan akan pulang besok. Saya sempat kaget. Saya yang saat itu sedang liqo’ di rumah, jadi berpikir dan GR . . . ehm mungkin ini adalah signal juga, naluri seorang suami calon abi. Semakin optimislah saya bahwa kontraksi yang saya alami akan semakin bertambah dan intens.

#Sabtu, 15 September 2012
Pagi seperti biasa, 20 menit setelah shalat subuh saya jalan-jalan didepan rumah, naik turun tangga teras. Induksi alami agar kontraksi yang sempat saya rasakan kemarin semakin terasa dan bertambah. Siangnya saya membuat jus nanas agar kontraksi semakin kuat, benar saja nyeri mulai saya rasakan. Pinggang saya mulai sakit. Saya tambah yakin besok dek Hanan akan lahir. Saya mengSMS suami, memastikan dia sudah dapat tiket untuk pulang sore ini, sehingga minggu subuh sudah sampai Madiun. Tapi entahlah apa yang terjadi, usai mandi dan shalat dhuhur serta tidur sebentar saya tak merasakan kontraksi lagi. Hanya kencang-kencang seperti hari sebelumnya.


#Minggu, 16 September 2012
Ini hari yang diperkirakan dek Hanan akan lahir. Pagi jam 6 suami sudah ada di rumah. Saya lebih tenang. Kencang-kencang di perut masih datang dan pergi tapi progressnya sangat lambat sekali. Siang harinya sekitar jam 9 saya mengajak suami jalan-jalan ke Madiun Plaza, kami muter-muter di foodcourt dan Gramedia tujuannya untuk induksi alami. Kami berdua juga mampir ke tempat makan favorit di ABWS. Sampai rumah sekitar jam 14.00, lelah namun progress kontraksi dan kenceng-kenceng tidak bertambah. Terus terang saya mulai bimbang. Wah dek Hanan tak akan lahir hari ini. Diantara kebimbangan saya, suami mengajukan tawaran, Mas tunggu sampai rabu yaa .  . . kalau belum lahir, mas berangkat dulu ke Bandung. Agak deg deg kan juga saya. Bismillah saya mengangguk. InsyaAllah besok atau lusa dedek akan lahir.

#Senin, 17 September 2012
Pagi hari saya jalan-jalan ditemani suami, kini dibuat rutenya tambah jauh. Sekali lagi induksi alami. Tak ada perkembangan dari progress kontraksi, terus terang saya mulai stress dan nangis. Berkali-kali suami mengingatkan untuk  bersabar. Untuk mengalihkan konsentrasi, saya membantu suami membuat antenna indoor untuk dipasang di kamar kami. Disela kesibukan membuat antenna tersebut, saya berinisiatif untuk mencari 2nd opinion ke dr. Ardian Sp.OG barangkali HPLnya yang keliru. Akhirnya sore harinya, dengan dibonceng suami, kami menuju ke tempat praktek dr.Ardian yang ada di dekat SMA 2 Magetan. Antrian ke 11, masih lama. Menunggu jeda tersebut kami memutuskan untuk menunggu adzan maghrib di Masjid Agung Magetan (disini saya merasa agak asing, beda banget yaa suasana masjid Agung Magetan dan masjid Agung Madiun hehe) Disini juga saya merasa tubuh saya kurang nyaman, saya mengalami heartburn (dada terasa panas, karena asam lambung naik, biasanya terjadi di kehamilan trimester 2 dan 3).

Usai shalat Maghrib setelah mampir sebentar di indo***** untuk membeli minuman dan makanan kecil kami berdua kembali ke tempat praktek dr.Ardian. Di sela menunggu, saya masih bercanda dengan suami, juga mengSMS teman sekantor yang istrinya baru saja melahirkan. Rencananya sepulang dari dr.Ardian mau mampir untuk melihatnya di rumah bersalin

Tibalah namanya saya dipanggil, dengan didampingi suami tercinta saya masuk ke ruang praktek dr.Ardian. Setelah duduk saya menceritakan tentang kehamilan saya, usia, HPL, juga yang saya alami 2 hari terakhir, juga kerisauan saya. 2, 3 menit kemudian dr.Ardian telah siap mengUSG saya. Mengukur lingkar kepala yang masih terlihat utuh. Kondisinya bagus, namun untuk usia kehamilan lebih dari 40minggu biasanya yang tampak tak seutuh itu. Ini artinya kepala bayi saya belum turun ke jalan lahir. Saya masih tenang. Detak jantung janin bagus, normal. Saya tersenyum senang.

Layar monitor USG yang awalnya 2D, berganti 4D. Kini menunjukkan gambar blur wajah bayi saya. Saya cukup excited. Dedek Bunda dan abi merindukanmu. Pada tahap ini dr.Ardian menjelaskan kepalanya bagus, tak ada lilitan di leher. Saya senang sekali. Namun kata-kata dr.Ardian berikutnya membuat saya dan suami down “tapi harusnya tidak begini. Dalam usia sudah HPL begini, seharusnya ketika di USG yang kelihatan bukan wajahnya tapi punggungnya. Ini artinya bayi ibu posisinya menghadap jalan lahir. Sehingga susah turun dan kontraksinya lambat. Ada 2 cara untuk melahirkannya. Yang pertama dengan dirangsang, dibuat kontraksi (induksi) dan operasi cesar.” Sungguh seperti ada sesuatu yang membuat dada saya sesak. Selain masalah posisi dr.Ardian juga menjelaskan tentang kondisi ari-ari yang sudah mulai kadaluarsa, ditunjukkan dengan warna putih-putih di layar USG. Entahlah dada saya bertambah sesak. Mendengar kata induksi dan cesar menjadi momok bagi diri saya. Saat ditawari surat rujukan ke RS.Griya Husada, saya menolak ingin berpikir dulu malam ini.

Dalam perjalanan pulang saya banyak diam, kata-kata suami yang mencoba menguatkan (walaupun saya tahu, dia sendiri juga schok dengan kondisi tersebut) tak terlalu saya dengar. Saya sibuk dengan pikiran sendiri, saya masih tak percaya dengan kondisi dedek. Niat untuk mampir ke tempat bersalin istri teman kantor pun urung. Di tengah perjalanan berteman gelap jalan, saya menawarkan pada suami untuk membeli makan malam. Dia sempat menolak, tapi saya memaksa, saya tak ingin kondisi psikis kami yang sedang tak stabil tambah buruk karena mengabaikan makan.

Di rumah setelah shalat isya dan makan, saya berniat search tentang posisi janin menghadap jalan lahir via google. Namun suami saya melarang, dia khawatir saya tambah stress dan ketakutan. Akhirnya saya hanya membuka buku panduan kehamilan terbitan Ayahbunda. Disitu saya mencari informasi tentang alasan medis dan logis persalinan dengan operasi cesar. Dalam literature yang saya baca ada beberapa alasan untuk operasi cesar apabila ditemukan indikasi medis seperti:
  • Letak plasenta terlalu rendah, sehingga menutup jalan lahir (plasenta previa)
  • Bayi kekurangan oksigen
  • Bentuk janin dan panggul tidak proposional (mis: panggul sempit)
  • Pre-eklampsia (komplikasi kehamilan)
  • Ibu mengalami tekanan darah tinggi
  • Bayi sungsang di kehamilan pertama
  • Bayi terlalu kecil dan badannya lemah
Disitu tidak saya temukan alasan operasi Caesar dengan alasan posisi bayi menghadap ke jalan lahir (menghadap ke muka), saya juga membaca tahapan operasi Caesar. Ah benar saja saya tambah bimbang. Haruskah saya melahirkan buah hati yang hampir 4 tahun kami tunggu ini dengan operasi Caesar. Sebelum mencoba untuk tidur, saya dan suami mengambil inisiatif untuk mencari pendapat bidan (yang rencana awal akan menolong saya dalam proses persalinan normal) esok pagi, lalu ke RSI untuk mendengarkan pendapat dr.Santi.

Saya mencoba tidur, kontraksi yang saya rasakan mulai teratur. Rasanya nyeri kencang di perut, menyebar ke punggung seperti ditarik. Dengan posisi miring ke kiri saya berusaha keras menenangkan pikiran, menekan emosi, merasai kontraksi, banyak bertasbih dan istighfar. Sambil mengusap-usap perut, membujuk dedek agar mau berganti posisi. Pada akhirnya saya jatuh tertidur dengan air mata menetes dari sudut mata, dan merasakan suami memegang tangan saya.

InsyaAllah masih ada Part 2 ^^

Tulisan dengan kisah yang sama, namun ditulis dari sudut pandang berbeda ada di sini

4 komentar:

  1. wih dek Hanan lucuuuuu-nya. Ntar abi pulang 2 minggu lagi, dek Hanan pasti tambah ndut he he.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sekarang saja pipinya sudah terlihat lebih cubby^^, kakinya yang ketika lahir masih keriput sudah mulai berisi . . . :)

      Hapus
  2. lucunya bayinya, selamat ya atas kelahirannya..

    BalasHapus