Pages

Kamis, 29 Oktober 2009

Cerpen, Bisa Menyemangati . . .



Sudah lama saya tidak membaca cerpen . . . tepatnya kumpulan cerpen (Kumcer). Semuanya pasti tahu apa itu cerpen, yupz!! Akronim dari Cerita Pendek, cerita fiksi nan ringan untuk dikonsumsi mata ketika otak tidak ingin banyak berpikir. Seingat saya, terakhir kali saya membaca buku yang berisi kumpulan cerpen (bukan Novel) adalah sekitar dua tahun yang lalu. Ketika sedang mengerjakan skripsi tentang karaktristik cerpen Islami.


Sejak SMA saya memang sangat suka membaca cerpen, tak urung saya rela berhemat uang saku yang tak banyak untuk berlangganan majalah Annida. Saat itu, cerpen-cerpen di dalamnya begitu luar biasa. Selalu meninggalkan kesan yang begitu dalam. Meninggalkan jejak ruhiyah yang jelas. Bahkan sering muncul keinginan dalam diri untuk menulis cerpen juga (baca: menjadi penulis) . . . tapiii ups!! Setiap kali nyoba nulis cerpen, baru 10 persen saja terasa buntu . . .hehe, gak bakat. Eh . . . tapi saya pernah menjadi juara satu lomba nulis cerpen tingkat SMA lho judulnya ”Hidayah yang Teruntai Sebelum Subuh” ingat banget hadiahnya adalah Al Quran, lomba nulis cerpen Islami yang diadakan oleh Rohis dalam rangka peringatan Isra’ Mi’raj . . . hehe lumayan keren kan ^^.


Kembali ke awal, memang lama sekali saya tidak menikmati kesenangan membaca cerpen . . . sampai pada akhirnya tadi malam saya menemukan soft copy kumpulan cerpen dalam Laptop kakak saya, cerpen-cerpen tersebut ditulis oleh penulis-penulis hebat. Sebut saja Izzatul Jannah, Sakti Wibowo, Helvy Tiana Rosa, Muttaqwiati, dan tak ketinggalan satu cerpen dari Ust. Anis Matta. Perlahan saya mulai membacanya, menikmatinya, serasa masuk ke dalam suasana berbeda (jadi lebay . . . ^^). Yah, memang benar fiksi yang bagus akan memberikan pelajaran berharga bagi pembacanya, setiap menyelesaikan satu judul ada getar yang meresonansi hati saya untuk bersyukur. Ada semangat yang menyelinap, semangat untuk banyak belajar, semangat untuk menjadi hamba-Nya yang baik, semangat untuk menjadi Muslimah dan Istri yang baik, semangat untuk ikhlas, semangat untuk lebih bertawakal berhusnudzon billah dan banyaaak lagi . . . .


“Jadilah pohon yang besar, menjadi sarang bagi burung-burung, menjadi tempat berteduh yang menenangkan, menjadi tempat bergantung, dan bahkan menampung resapan air untuk kemudian menjadi sumber mata air.” (Sakti wibowo)


Sungguh, seandainya kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakal, niscaya kalian akan diberi rezeki sebagaimana rezeki burung-burung. Mereka berangkat pagi-pagi dalam keadaan lapar, dan pulang sore hari dalam keadaan kenyang.”(HR At Tirmudzi)


Dua potong tulisan tersebut, hanyalah sedikit rangkaian kata yang membuat saya lebih bersemangat, bergetar ketika membaca kumcer tersebut.


Yup! Membaca cerpen (Islami) mungkin adalah salah satu kesenangan saya, yang mendatangkan semangat bagi diri saya. Ketika melakukannya, saya menikmati kesenangan yang menyemangati. Mengambil dari Tarbawi, alasan kenapa kesenangan itu harus dinikmati . . .

  • Membangkitkan dan melestarikan keceriaan dalam jiwa
  • Menciptakan keharmonisan dan keberagaman dalam kehidupan
  • Mengambil bagian tertentu yang merupakan rahmat dari Allah


Silahkan masing-masing dari diri kita menemukan kesenangan, tentu saja yang tidak melanggar atau menyalahi kaidah-kaidah agama . . . . untuk menjadi kesenangan yang menyemangati.

Rabu, 07 Oktober 2009

Ketika Dua Hati Menyatu . . .


Untuk saudara sepupuku Ukhti Erra Enggal Utaminingtyas yang telah menikah dengan Akhi Eka Prasetyawan.
Barakallah laka wa baraka alayka wa jamaa baynakuma fii khoir . . .
Semoga Allah selalu menghimpun kalian dalam kebaikan.
Mudah-mudahan Allah yang maha lembut melimpahkan kepada kalian bening saripati cinta, cinta yang menghangati nafas keluarga, cinta yang menyelamatkan.
Semoga Allah memampukan kalian membingkai keluarga sakinah, mawaddah, warrahmah.
Semoga Allah mematrikan helai keikhlasan disetiap gerak dalam keluarga.
Jua Allah yang menetapkan, mengekalkan ikatan pernikahan tidak hanya di dunia yang serba fana tapi sampai ke sana, the real world “akhirat”.
Mudah-mudahan kalian selamat mendayung sampai ketepian.
Allahumma Aamiin

(Bayu Gautama, dalam Mendayunglah Kalian Hingga Ketepian)



bersama suami, ikut nampang ba'da aqad