Pages

Jumat, 29 Mei 2020

Puasa Kakak

Puasa Kakak



.
.


Meski belum diwajibkan untuk berpuasa, seorang anak harus belajar sejak dini agar terbiasa berpuasa. Demikian juga Hanan, mulai tahun lalu dia mulai belajar puasa. Walau puasa setengah hari, bermanfaat sebagai langkah awal belajar menahan dari lapar dan dahaga. Alhamdulillah di Ramadhan 1441 H kemarin, Hanan berhasil berpuasa 30 hari penuh. Bukan lagi puasa setengah hari. Puasa penuh dari imsya' hingga adzan Maghrib berkumandang. 

.
.


Beberapa hari sebelumnya sudah lumayan semangat, mulai dari baca buku diary ramadhan untuk anak dan membuat hiasan sambut ramadhan. Alhamdulillah saat sahur no drama, dengan ringan hati dia segera bangun begitu saya bisikkan 'kak sudah jam 3, waktunya apa?'. Beda sekali dengan tahun lalu yang sahur disuapin sambil merem, tertidur sambil mengunyah. Ramadhan ini makan sendiri sambil lihat sinetron khas sahur di S*TV. Sementara saya dan abinya makan di meja makan. 



.
.



Bukannya tanpa drama juga, karena drama baru dimulai usai ashar di hari pertama. Hanan mulai merengek lapar, haus, perut sakit. Saya merusaha mengalihkan rasa haus dan laparnya dengan aktivitas lain. Membujuk dan memotivasi. Sayang banget kan tinggal 2 jam. Lagipula kalau Hanan bisa melalui hari pertama yang berat, insyaAllah besok dan seterusnya akan terasa ringan. 45 menit menjelang berbuka, tumpahlah air mata Hanan, nangis sekarang. Abinya yang tidak tega mengizinkannya berbuka. 'nggak papa lah Bun, masih kecil'. Tapi saya nggak terima. Sayang banget. Untungnya Hanan juga pantang menyerah, walau nangis kelaparan dia kuekeh nunggu adzan Maghrib berkumandang. Yess. 



.
.
.




Saya ajaklah Hanan VC saudara sepupunya yang juga kelas 1, wah ternyata sama yang di telp juga nangis menunggu adzan. Nangis berjamaah lewat VC. Dan 10 menit jelang berbuka, saya ajak Hanan duduk menghadap hidangan berbuka. Menunggu. Wajahnya ditekuk-tekuk. Dan adzanpun berkumandang. Alhamdulillah. Begitu minum teh hangat, disuruh makan apa-apa nggak mau. Sudah kenyang katanya. 



Pic: puasa hari pertama, menunggu buka puasa. Ekspresi laparnya ngena banget



.
.


Mendampingi anak belajar puasa saya yakin setiap bunda punya trik dan tips yang beragam. Kalau yang kami lakukan ini sih:

1. Memberi anak wawasan, sebagian mungkin sudah dapat di sekolah. Bunda tinggal mereview saja. Bisa juga dengan memberi bacaan panduan ramadhan untuk anak.
2. Menghias rumah agar suasana Ramadhan lebih terasa 
3. Memberi target pada anak, sejalan dengan ini perlu stimulan agar target tercapai. Misalnya memberikan hadiah jika target tercapai.
4. Memberikan asupan sahur yang mengenyangkan dan menggugah selera makan anak. Minum susu. 
5. Menyiapkan makanan berbuka yang disuka anak.
6. Selalu memberi motivasi dan pujian.
7. Supaya tidak bosan, memberinya aktivitas tambahan. Kalau Hanan suka mewarnai dari gambar-gambar yang saya download kemudian diprint.


Alhamdulillah 1 bulan berpuasa penuh, kini menunggu hadiah sepeda dari Abi. 








Semoga kita dipertemukan dengan Ramadhan di tahun berikutnya. Aamiin.


Kamis, 07 November 2019

RUMAH II




Bukankan cinta adalah proses menuju jalan pulang?
Berjalan menuju seseorang yang kelak kau sebut rumah dan menetap di sana hingga waktu menutup usia.

--Boy Candra, penulis



Sebelumnya di Rumah I


Proses Pembangunan

Proses pembangunan kami serahkan 100% ke pada pihak developer. Kesibukan kami membuat kami jarang-jarang untuk bisa mengunjunginya. Mungkin hanya hari sabtu saja, saat suami sedang libur bekerja. Tidak banyak yang kami rubah dari desain yang ditawarkan pihak PT. Suna. Kami hanya minta tembok belakang ditinggikan lagi, perubahan letak 1 kamar, kayu kusen, pintu, serta jendela bawa sendiri dari rumah.

Dan terus berproses, sejalan dengan proses kehamilan saya. Semakin berat saya sendiri untuk datang ngecek ke lokasi. Kadang suami kalau sempat, atau orang tua kami datang untuk mellihat. Namun komunikasi saya dengan pihak marketing tetap intens untuk memastikan semua berjalan sesuai rencana. Ketika saya melahirkan, rumah baru proses sekitar 65%. Tidak mengapa, toh kalaupun rumah itu sudah jadi mungkin kami yang belum siap menghuni. Jadi pada dasarnya kami santai saja dalam membangunnya. Semakin lama, semakin lebih luasa kami mencicil sisa DP nya. Haha . . .



Terima Kunci

Saya agak lupa bulan keberapa proses pembuatan rumah sudah memasuki fase finishing. Yang jelas di November 2015, saya sudah disodori catatan pembayaran selama pembangunan rumah. Mulai DP, cicilan DP ke I, ke II dan seterusnya. Hingga penyesuaian harga karena perubahan desain. Pertanda saya dan suami harus bersiap ke tahap berikutnya. Berbekal tulisan seorang kawan SMA tentang proses pembangunan rumahnya di Cibinong-Bogor, kami sedikit tahu alurnya. Tahap apa yang akan kami hadapi selanjutnya.


Pada akhirnya kami berhasil melunasi DP 100% tanda berhutang ke pihak manapun. Alhamdulillah. Nah sekarang tinggal memikirkan bagaimana setelah DP lunas??? Haha. Sisanya adalah 2/3 dari harga tentu saja kami sudah tidak punya tabungan sebanyak itu. Pilihan kami hanya 1 minta pertolongan pada pihak bank. Hehe. Ya minta tolong. Kami akan minta tolong ke bank yang berembel-embel syariah. Alasan kami simple saja, insya Allah aqadnya lebih syari daripada yang bank konvensional. Aqad lebih jelas. Jumlah cicilan tiap bulan sampai akhir platform yang dipilih akan tetap sama. Jadi misalnya cicilan per bulan adalah 3 juta, maka sampai 10 tahun ke depan tahun terakhir akan tetap 3 juta.


Mulailah marketing mengurus segala administrasi dengan bank syariah rekanan. Kami bertemu dengan pihak-pihak terkait di ruang pertemuan bank. Disitu ada kami, pimpinan bank beserta stafnya, dan pihak notaris dengan staf. Ada beberapa penjelasan yang mereka sampaikan, sesekali kami bertanya jika kurang paham. Di tempat itu juga kami menandatangi dokumen penting. Usai proses itu, Mas Andre marketing yang membantu kami menyerahkan kunci rumah kepada kami. Alhamdulillah. Akhirnya selesai prosesnya. Pihak developer memberi jangka waktu 3 bulan jika ada kerusakan atau hal lain yang tidak pas dengan perjanjian. Waktu 3 bulan itu benar-benar kami manfaatkan untuk cek dan ricek bangunan. Hal-hal yang kurang sesuai, kurang rapi kami sampaikan secara tertulis.


Pada dasarnya tidak ada masalah serius, semua oke. Hingga pada suatu hari saat kami berkunjung ke rumah, kaca sudut rumah kami pecah, seperti terkena benda keras yang besar. Ketika saya mau menghubungi Mas Andre marketing, ternyata sudah ada pesan masuk darinya mengabarkan kalau kaca sudut pecah karena terkena kayu dari rumah sebelah yang memang sedang proses pembangunan. No problemo jadinya, pihak developer akan menggantinya.


Menikmati Proses
Selesai sudah proses pembangunan rumah dari developer, kunci juga sudah ditangan kami. Tinggal bagaimana usaha kami menyelesaikan sisa harga rumah yang harus kami lunasi selama 10 tahun. Semoga Allah senantiasa memberikan kesehatan, daya upaya,keberkahan rezeki dan usia. Hingga selesai sesuai rencana. Selain itu masih ada beberapa rencana untuk pengembangan bagian belakang rumah yang masih ada ruang kosong dengan ukuran yang lumayan. Semua berproses berlahan namun pasti. Kami memang tidak langsung menghuni rumah itu. Karena 3 tahun setelah kami terima kunci ,baru kami mampu menghuni. Di tahun ini tahun 2019.


Pada dasarnya semua proses membutuhkan kesabaran, kenapa? karena proses kehidupan seiring dengan perjuangan pelakunya. Perjuangan tanpa henti yang ditaburi mimpi, diisi dengan tekad, sabar, serta syukur yang dinyatakan dengan keberanian untuk melangkah. Satu lagi menjaga iman dan bertawakal pada Allah SWT. 

Selasa, 05 November 2019

RUMAH I






Memiliki rumah adalah impian setiap orang, mungkin lebih tepatnya sebuah keluarga. Bahkan dalam Islam salah satu izzah seorang laki-laki/suami adalah memiliki hunian yang nyaman dan luas. Pada awalnya memiliki rumah sendiri tidak menjadi prioritas saya dan suami. Kami menyisihkan penghasilan berdua untuk membeli kendaraan roda empat yang akan menunjang aktivitas keluarga. Namun pada akhirnya mindsite itu berubah cepat karena satu alasan yang sangat kuat. Keputusan untuk membeli rumah ini belum ditunjang kemampuan keuangan (tabungan) kami yang masih sangat jauh dari cukup. Tapi kami harus bergerak, saya sebagai istri yang saat itu sedang hamil anak kedua dengan usia kandungan 3 bulan, malah yang menguatkan suami, pasti bisa.



Cari Lokasi dan Survey Harga di Desember 2014
Langkah awal adalah harus memastikan tempat dimana rumah itu akan dibangun. Sebelumnya saya dan suami tinggal di rumah bapak saya. Yang lokasi hanya 10 menit dari tempat saya bekerja. Sementara kantor suami di kota Madiun, sekitar 35 menit dari rumah orang tua. Dengan pertimbangan kemudahan akses, kemungkinan-kemungkinan masa mendatang, rencana dimana nantinya anak-anak akan sekolah, akhirnya kami memutuskan akan membeli atau membangun rumah di kota Madiun. Sekarang Madiun sebelah mana? Hanya satu yang saya pikirkan saat itu, Madiun yang dekat perbatasan.

Berbekal info dari beberapa teman, saya dan suami mulai mensurvey 3 lokasi. 2 lokasi pertama sebenarnya paling dekat, namun ada beberapa alasan yang membuat kami tidak sreg. Posisinya yang terlalu nyempil, perumahan kurang berkembang, luas tanah dan tipenya, denah yang ditawarkan. Di lokasi ketiga, entahlah kami kok sudah mulai nyaman ketika mulai lihat-lihat lokasinya. Ketika masuk ke lokasi sudah ada beberapa rumah yang berdiri walau masih proses 0 – 70 %, banyak pekerja tentunya. Saat itu kami berhenti di rumah yang sudah hampir jadi, rumah yang sekarang tepat disebelah rumah kami. Kami masuk lihat-lihat, tak selang berapa lama ada mas-mas yang usianya sebaya dengan kami. Ternyata mas tersebut adalah salah satu marketing PT. Suna, developer perumahan ini. Kami berkenalan, dan beberapa info akurat kami dapatkan. Setelah saling menyimpan no. telp masing-masing, kami pulang.




Tentukan Tipenya.
Selang beberapa hari, mantap sudah untuk memiliki 1 unit di perumahan itu. Dari brosur yang kami dapat ada 4 tipe rumah yang ditawarkan yaitu Tipe B/56, Tipe A/65, Tipe X, Tipe EX, dua tipe terakhir sudah tak masuk hitungan kami. Rumah 2 lantai yang tentu saja harganya jauh dari jangkauan. Setelah diskusi berdua, menimbang ini dan itu, tipe B/56 menjadi pilihan kami. Kesepakatanpun diambil. Membuat janji dengan mas marketing yang  Alhamdulillah begitu sabar dan baik hati. Ada info dan diskusi yang menjadi kesepakatan, antara lain:

  1. Rumah dengan luas bangunan asli sesuai denah 56 m², luas tanah 105 m²
  2. Denah dalam rumah bisa dirubah, dengan penyesuaian harga.
  3. Tembok batas belakang bisa ditinggikan demi keamanan dengan penyesuaian harga
  4. Kusen dan pintu bisa bawa sendiri, misalnya mau cari kayu jati, dengan penyesuaian harga.
  5. Bagian depan rumah harus sesuai desain developer, tidak bisa dimajukan dengan alasan kesamaan dengan bangunan lain.
  6. DP adalah 1/3 dari harga. Dan rumah akan dibangun jika 50% DP sudah dibayarkan.
Alhamdulillah 1 tahap rampung lagi. Bismillahirrahmanirrahim, lanjut ke selanjutnya.




Membangun Rumah di Maret 2015
Membayarkan uang 50% DP agar rumah bisa segera dibangun bukan perkara yang sangat gampang bagi kami berdua. Apalagi kami juga tidak ingin merepotkan orang tua. Saya sebagai seorang perempuan tetap menghitung-hitung kemampuan keuangan. Apalagi saya sedang hamil, pastinya akan banyak persiapan yang dibutuhkan dan saya sudah di vonis dokter untuk SC lagi. Wow banget. Mengecek tabungan kami, mengecek penghasilan kami berdua, menghitung pengeluaran wajib setiap bulan, memprediksi, dan memperkirakan. Bismillahirrahmanirrahim insya Allah bisa segera dibayarkan, sebagian disisakan, sebagian di simpan sedikit saja untuk kondisi tak terduga. Dengan terus memohon petunjuk dan kemudahan dari Allah SWT. Jujur saja saya sempat galau saat itu. Tapi saya harus yakin bahwa matematika Allah itu luar biasa. Yang penting sebagai hamba adalah terus berusaha, dan tawakal padanya.

Alhamdulillah kami punya bisnis sampingan jualan buku online, usaha dan doa harus kuat. Harus. Bekerjalah maka keajaiban. Quote ajaib dari Salim A. Fillah di bukunya Dalam Dekapan Ukhuwah itu sangat mempengaruhi saya saai ituSaya ingat sekali saat itu ditengah kesibukan, masa berat kehamilan yang mulai menua. Saya masih rajin mengirim paket buku sekardus ke JNE untuk dikirim ke banyak pembeli, dengan naik sepeda motor sepulang saya dari mengajar. Hampir setiap hari senin-jumat. Sementara Hanan di rumah dengan yang momong. Sedangkan suami kerja di kantornya usai maghrib baru pulang. Biidznillah saya sehat-sehat saja, baik-baik saja. Lelah sih iya, tapi bahagia.

Tahap demi tahap rumah mulai dibangun, dengan estimasi waktu pembangunan 8-10 bulan. Dan di 8-10 bulan itu saya dan suami harus berusaha membayar sisa DP yang menjadi kesepakatan. Dan jujur saja jumlah cicilan DP per bulan bukanlah jumlah yang sedikit bagi kami. Saat itu jika gaji kami digabung, akan sisa beberapa saja dari membayar cicilan DP untuk keperluan sehari-hari. Disisi lain, kami juga harus menyisakan tabungan untuk proses kelahiran dan aqiqah anak lanang insyaAllah. Wow banget rasanya, rasa percaya dan selalu positif thingking menjadi dua hal yang menjadi pegangan. 


Insya Allah bersambung ke RUMAH II



Senin, 12 Mei 2014

Alhamdulillah, LDR Done!!


Jumat, 25 April 2014 – Pukul 23.13


Aku terbangun dengan intro lagu “Memilih Setia” nya Fatin, dari HP ku. Gugup dan setengah sadar kuraih HP, Mas Fifin yang telepon. Ada apa semalam ini. Saat kuangkat, dia memutuskan panggilannya. Kucermati layar HP, ada notifikasi whatsapp. Mungkin karena ini dia miscall. Kubaca deretan kata yang ditulisnya . . . 


Dek
Alhamdulillah, mas lolos wawancara tahap 2


Aku langsung nyambung. Alhamdulillah ya Rabb. Beberapa jam sebelumnya, sebelum aku jatuh terlelap, perasaan benar-benar galau karena pengumuman ini yang tak kunjung muncul di web INKA. Kutulis beberapa kalimat untuk membalas whatsapp suamiku sebagai selebrasi kegembiraan kami. Sambil mencoba mendownload hasil pengumuman di www.inka.co.id ingin membuktikan sendiri.


Aku terus berwhatsapp an dengan mas Fifin, kantuk kami berdua seperti lenyap entah kemana. Nyaris sampai pukul 01.30 dini hari kami ngobrol di whatsapp. Kami bahagia. Sambil ku pandangi Hanan yang kini sudah berusia 20 bulan, tertidur lelap. Kupeluk dia dan kuciumi, kubisikan “Nan, abi lolos tes tahap terakhir di INKA, in shaa Allah kita tidak akan ditinggal-tinggal abi lagi nduk” ah Hanan hanya menggeliat saja, wajahnya yang innocent tetap lelap.


Mengakhiri whatsapp dengan kalimat penuh cinta. Aku bangun mengambil air wudhu. Diri ini ingin bersyukur atas segala nikmat dan kemudahan. Buncah perasaanku ya Rabb. Begitu luar biasanya nikmat yang Kau berikan. 5,5 tahun menjalani rumah tangga LDR bukanlah hal yang mudah. Susah payah kami melaluinya. Mengemas perasaan, membangun kepercayaan. Tentunya tak sedikit air mata yang menetes, guna menyirami bibit kesabaran yang memang harus berlipat ganda. Dan malam ini Allah telah menjawab semua doa. Doa semua saja, doa kami yang tak seberapa, dibandingkan doa bapak ibu, saudara, teman-teman yang mengasihi kami. Setelah sejak akhir Februari Mas Fifin melalui tahap-tahap tes di INKA (5 tahap). Malam ini Allah memberikan kenikmatan yang luar biasa. Syukurku atas nikmat-Mu  Ya Rabb. Alhamdulillah, LDR Done!